Permasalahan yang sering dihadapi petani saat ini adalah
sulitnya mendapatkan pupuk pada saat membutuhkan. Sulit ini disebabkan memang
kuota pupuk bersubsidi semakin tahun semakin berkurang. Petani perlu mencari
alternatif untuk memenuhi kebutuhan pupuk. Salah satu alternatif pilihan adalah
dari kandang ternak.
Dari kandang ternak terdapat 2 hasil samping ternak yang
masih belum digarap dengan baik yaitu potensi pupuk kandang terfermentasi,
pupuk cair urine. Pupuk kandang yang dipakai saat ini belum sepenuhnya diproses. Hal ini menyebabkan
permasalahan tersendiri, terutama masalah gulma dan insekta yang menjadi hama. Bibit
gulma dan larva insekta terbawa saat memberikan pupuk kandang.
Kelemahan petani saat ini terutama di Kecamatan Pacitan
adalah belum terbiasanya petani menggunakan pupuk kandang terfermentasi dan
pupuk cair urine. Belum terbiasa ini bukan berarti tidak ada yang melaksanakan.
Sebagian kecil petani secara mandiri melakuka eksperimen-ekperimen menggunakan
pupuk kandang terfermentasi dan urine.
Padahal di tahun 2014 diperkirakan jumlah sapi di Pacitan
sekitar 2000 ekor. Bila setiap ekor sapi dengan berat rata-rata 200 kg
mengasilkan 5% kotoran, maka ada 2000 ekor x 200 kg x 5% = 20.000 kg kotoran
per hari. Atau sekitar 7juta kg per tahun, atau 7000 ton per tahun. Bila semua
dijadikan pupuk kandang terfermentasi dengan penyusutan sekitar 40% maka
terdapat 4200 ton. Bila dibagi luasan areal sawah di kecamatan pacitan 1158 Ha
maka ada 3 ton per Ha per tahun. Jumlah yang cukup untuk meningkatkan status
hara tanah, beberapa literatur mereferensikan 2 ton/Ha pupuk kandang.
Hitungan tersebut masih kasar, pendekatan yang nyata tentang
jumlah sapi dan berat badan masih berubah-ubah. Terutama karna wiayah Kecamatan
Pacitan merupakan wilayah perdagangan sapi sehingga perubahan jumlah sangat
mungkin terjadi. Namun pendekatan jumlah sapi 2000 ekor masih relefan di
Kecamatan Pacitan.
Bila satu sapi menghasilkan 10 liter urine saja perhari maka
dalam setahun ada 3650 liter urine. Bila dilakukan proses 3650 liter urine ini
kan dapat menutupi sebagian kebutuhan hara tanaman. Masalahnya saat ini petani
belum terbiasa memakai pupuk urine.
Pendekatan kepada petani terus dilakukan walau terkendala
dengan berbagai masalah. Penyuluhan tentang pentingnya bertani selaras alam
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman petani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar